Pemerintah Cina telah menyampaikan
protes resmi kepada pemerintah Indonesia atas insiden penembakan kapal nelayan
Cina oleh kapal TNI Angkatan laut di perairan Natuna, Jumat (17/06) yang
diklaim melukai salah-seorang anak buah kapalnya.
TNI Angkatan Laut mengatakan pihaknya
telah melepaskan tembakan peringatan kepada sejumlah kapal nelayan berbendera
Cina yang dituduh mencuri ikan di perairan Indonesia di dekat kepulauan Natuna.
Namun demikian, Kepala dinas penerangan
TNI AL Laksamana pertama TNI Edi Sucipto membantah tuduhan Cina bahwa pihaknya
melepaskan tembakan yang melukai salah-seorang nelayannya.
"Angkatan Laut (Indonesia) tidak
brutal," kata Edi Sucipto kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan,
Senin (20/06) pagi.
Awalnya, menurutnya, pihaknya menerima
laporan ada 12 kapal ikan asing yang diduga kapal nelayan Cina yang melakukan
pencurian ikan di wilayah perairan Natuna, Jumat (17/09) lalu.
Ketika dikejar dan didekati oleh KRI
Imam Bonjol, lanjutnya, kapal-kapal tersebut melarikan diri. Sesuai prosedur,
pihaknya mengeluarkan peringatan berupa himbauan sebelum akhirnya melakukan
penembakan peringatan.
"Ketika dilakukan penembakan
peringatan ke udara, dia malah tetap lari, kita berikan tembakan peringatan
juga di depannya. Tapi tidak berhenti juga, malah dia mau memutar haluannya
mengancam mau menabrak," ungkap Edi Sucipto.
Setelah melakukan pengejaran, salah-satu
kapal nelayan itu dapat dihentikan, jelasnya. Mereka kemudian memastikan bahwa
kapal dengan nomor lambung 19038 itu milik nelayan Cina dengan jumlah ABK ada
tujuh orang.
"Dan tidak ada yang tertembak, dan
sekarang semuanya sudah diamankan di Lanal Ranai," katanya.
Dirawat di Provinsi
Hainan
Seperti dilaporkan
Kantor berita Reuters, juru bicara Kementerian
luar negeri Cina, Hua Chunying mengatakan bahwa kapal penjaga pantai Cina telah
menyelamatkan seorang nelayan yang terluka.
Situs resmi Kemenlu Cina menyebutkan
nelayan itu kemudian dilarikan ke Provinsi Hainan untuk dirawat lebih lanjut.
Dimintai klarifikasi atas klaim
pemerintah Cina tersebut, Kepala dinas penerangan TNI AL Laksamana pertama TNI
Edi Sucipto mempertanyakannya.
"Kalau ingat senjata yang digunakan
cuma sekedar senjata 7,62 atau 12mm, mana mungkin sampai ke sana. Mereka 'kan
sudah lari semua, kecuali satu (kapal) yang tidak bisa lari," kata Edi
Sucipto kepada BBC Indonesia.
Kemenlu Cina juga membenarkan bahwa
salah-satu kapalnya beserta tujuh orang awaknya telah ditahan oleh TNI AL.
Beijing telah membuat protes resmi kepada pemerintah Indonesia atas insiden
penembakan dan penangkapan awak kapal Cina tersebut.
Insiden serupa pernah terjadi pada Mei
2016 lalu, di mana pemerintah Cina berkeras bahwa kedelapan ABK dan kapal
mereka beroperasi secara sah. Sementara, TNI AL menyatakan nelayan Cina itu
melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Natuna.
Dan pada Maret lalu, Menteri Luar Negeri
RI Retno Marsudi memanggil kuasa usaha Kedutaan Besar Cina di Jakarta sekaligus
menyampaikan nota protes terkait aksi kapal penjaga pantai Cina di Laut Natuna.
Tetapi beberapa jam kemudian,
Kementerian Luar Negeri Cina membantah bahwa kapal penjaga pantainya telah
memasuki wilayah perairan Indonesia.
Menurut saya bila telah memenuhi
syarat-syarat yang ada untuk memberi tembakan peringatan, hal yang telah
dilakukan TNI AL Indonesia sudah tepat, karena nelayan dari Cina telah memasuki
wilayah laut Indonesia. Tetapi Pemerintah Indonesia juga harus menyelidiki apakah benar ada
korban jiwa akibat tembakan peringatan tersebut.
Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160620_indonesia_tnial_bantah_kapalcina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar