BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita telah mengenal cita-cita dari
zaman dahulu kala, ketika manusia sudah menginginkan sesuatu baik untuk dirinya
atau orang-orang disekelilingnya. Dalam mewujudkan hal tersebut banyak manusia
yang berusaha keras dalam berusaha, dan ada juga yang di sertai dengan berdoa.
Tetapi disamping itu ada beberapa
manusia yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan harapan tersebut baik
menggunakan cara yang benar, maupun cara yang kurang baik.
Sebenarnya apakah pengertian cita-cita
itu sendiri dan apa hubungannya manusia dengan cita-cita serta apa arti manusia
itu sendiri.
1.2 Rumusan Permasalahan
Dari
latar belakang di atas saya akan membahas beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Pengertian
cita-cita.
2.
Pengertian
manusia.
3.
Hubungan
antara manusia dengan cita-cita.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari cita-cita.
2.
Untuk
mengetahui pengertian dari manusia.
3.
Untuk
mengetahui hubungan antara manusia dengan cita-cita.
1.4 Kegunaan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang manusia dan
cita-cita.
2.
Makalah
ini bisa membuat pembaca mengetahui pengertian dari manusia dan cita-cita.
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Cita-cita
Cita-cita
adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian
orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita
itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya
maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus
melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini
sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang
menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa
api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita
ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti
kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang
yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan
dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan
kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen
ilmu dan pasir potensi diri.
Bagaimanakah jadinya nanti jika kita
memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik
pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah namun kita tidak
mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti.
Alhasil, mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang
rubuh atau bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumah pun.
Fenomena
seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada
beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka
atau apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari
mereka akan menjawab tidak tahu, menjawab dengan rasa ragu, atau mereka
menjawab mereka akan memilih suatu jurusan favorit di PTN tertentu. Apakah
jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu potensi mereka,
tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan di jurusan tersebut dan
peluang-peluang yang dapat mereka raih kedepannya karena berkuliah di jurusan
tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka, trend, karena mengikuti
“anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang terjadi selanjutnya adalah di
saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan
yang dipilihnya tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai
dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu ia akan mengikuti ujian lagi di
tahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif alakadarnya.
Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga.
Dahulu
ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan
dikurung dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling
kurungan tersebut disimpan berbagai macam benda yang mewakili profesi seperti
gitar (musisi),
spidol (pengajar/guru), sarung tinju (atlit),
pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan
benda apakah yang pertama kali diambil oleh balita tersebut, jika ia mengambil
terompet maka orang tua akan beranggapan sang bayi kelak akan menjadi seorang
musisi atau berpotensi menjadi seorang musisi. Namun tampaknya adat semacam ini
jarang dilakukan lagi. Nilai yang dapat diambil dari tradisi semacam ini adalah
bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk
mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya. Dan membantu untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan
sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Seperti ada
seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang
terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang
cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya
di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah.
2.2 Pengertian
Manusia
Manusia atau orang dapat
diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani dan kebudayaan atau
secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin yang
berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau mahkluk hidup; dalam mitos, mereka juga
seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan,
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta
perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
2.3 Hubungan Antara Manusia dengan Cita-cita
Setiap manusia pasti memiliki pandangan hidup yang
berbeda-beda. Apakah pandangan hidup mereka itu cenderung membangun, atau
sebaliknya? Karena setiap orang itu berbeda, jelas bahwa cara mereka menjalani
kehidupan sehari-hari mereka adalah berbeda juga. Pandangan hidup setiap orang
banyak mempengaruhi cara berpikir mereka, biasanya dalam proses menentukan
keputusan. Sama halnya dengan pandangan hidup sebuah bangsa juga dipengaruhi
oleh cara berpikir dan kebudayaan penduduknya sepertti apa kehidupan mereka.
Misalnya saja Bangsa Indonesia. Dasar pemikiran mereka dipengaruhi oleh
pandangan hidup yang mereka anut, yaitu Pancasila, yang dasarnya menentukan
pula kemana arah kehidupan bangsa itu kedepannya.
Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran
manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu
yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus,
sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu
dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk
yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup berdasarkan asalnya yaitu terdiri
dari 3 macam :
1.
Pandangan hidup yang
berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2.
Pandangan hidup yang
berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada
suatu Negara.
3.
Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang
relatif kebenarannya.
Menurut kamus umum bahasa
Indonesia cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau
diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan
pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan dating. Pada umumnya
cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan
perkataan lain : cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia
yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu
tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut
angan-angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi
sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu tidak mungkin dilakukan. Antara
masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan dating sebagai ide
atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkan seseorang mencapai apa yang
dicita-citakannya tergantung dari 3 faktor; pertama factor manusia yang memiliki
cita-cita, kedua kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang
dicita-citakannya dan ketiga seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Contoh-Nya yaitu : Ketika
Kita ingin meraih cita-cita sebagai Programmer kita harus Menguasai Ilmu dalam
IT Tersebut dengan cara berusaha yaitu dengan Belajar Sungguh-sungguh sehingga
kita bisa Meraih Cita-cita Sebagai Programmer Tercapai.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah
manusia sangat erat hubungannya dengan cita-cita. Karena sebagian besar manusia
pasti memiliki cita-cita yang ingin dia capai dan raih. Cita-cita itu di
pengaruhi oleh cara pandang manusia itu sendiri. Oleh karena itu, terdapat
berbagai macam cita-cita dari setipa pribadi yang berbeda, tetapi ada juga
cita-cita yang serupa dari pribadi yang berbeda.
Dalam
meraih cita-cita tersebut pun banyak cara yang di lalui dan di lakukan oleh
setiap pribadi, dari yang baik hingga yang kurang baik. Pribadi tersebut hanya
memikirkan cita-citanya tercapai tanpa memerhatikan orang di sekitarnya, dan
konsekuensi yang dia terima.
3.2 Saran
Sebaiknya seseorang manusia harus memikirkan masak-masak
tentang cita-citanya, agar kita tidak menyesal bila cita-cita tersebut telah
tercapai. Cara yang kita gunakan untuk mencapai cita-cita juga sebaiknya
memakai cara yang baik, dan tidak menggunakan cara yang kurang terpuji, agar
kita dapat menikmati cita-cita kita dengan penuh keberkahan. Oleh karena itu,
kita harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk menggapai cita-cita kita
agar dapat terwujud dan kita tidak menyesal pada akahirnya.