BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Interaksi itu selalu terjadi dari zaman ke zaman dan di setiap
tempat. Interaksi tersebut terjadi dengan baik, tetapi kadang ada interaksi
yang tidak baik antara sesama manusia yang memnyebabkan salah satu pihak merasa
tertekan dan menderita.
Interaksi yang menyebaban salah satu pihak merasa
menderita ini di sebut dengan penindasan. Penindasan ini selalu di lakukan oleh
orang – orang yang merasa dirinya lebih dari orang yang ia tindas. Ia merasa
dapat menindas orang tersebut karena orang tersebut lebih lemah dari dia. Ada
banyak bentuk penindasan yang terjadi pada saat ini.
Makalah ini akan menerangkan dan membantu untuk dapat
memahami tentang penindasan dan cara menghindari serta melawannya. Sehingga
kita dapat mengurangi dan menghindari penindasan.
1.2 Rumusan Permasalahan
Dari
latar belakang yang ada, beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam
penulisan makalah ini, yaitu:
1. Apa
pengertian penindasan?
2. Apa
saja bentuk – bentuk penindasan?
3. Apa
saja macam – macam penindasan?
4. Apa
penyebab timbulnya penindasan?
5. Apa
sajakah dampak penindasan?
6. Bagaiman
cara menghindari penindasan?
7. Bagaimana
cara melawan penindasan?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian
penindasan.
2. Untuk mengetahui bentuk dan macam –
macam penindasan.
3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya
penindasan.
4. Untuk mengetahui dampak penindasan.
5. Untuk mengetahui cara menhindari dan
melawan penindasan.
1.3.2
Kegunaan Penulisan
1. Penulisan ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penindasan.
2. Penulisan ini dihapakan dapat
memberi cara agar penidasan selalu berkurang.
BAB
II
ISI
2.1 Pengertian Penindasan
Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah
penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau
mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan
melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat
mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan
dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.
Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik,
verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi
terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah
tangga, dan lingkungan
2.2 Bentuk – Bentuk Penindasan
Menurut Irish Marion Young, terdapat
lima bentuk penindasan, yaitu:
1. Eksploitasi
Mempekerjakan
seseorang atau sekelompok orang tanpa kompensasi yang layak. Misalnya buruh
yang diubah di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP), buruh yang disekap dan
dipekerjakan secara paksa tanpa upah, mempekerjakan anak untuk mengemis,
memperdagangkan orang, dan lain-lain.
2. Marjinalisasi
Mengeluarkan
atau meminggirkan seseorang dari sumber daya ataupun suatu manfaat untuk
kebutuhan hidupnya. Misalnya mengenyampingkan seseorang untuk bekerja karena
merupakan penyandang disabilitas, memiliki keyakinan politik tertentu, berasal
dari agama minoritas, dan lain-lain.
3. Ketidakberdayaan
Penghambatan
untuk mengembangkan kapasitas seseorang, kekuatan untuk mengambil keputusan,
partisipasi dalam politik, dan mengkritisi keadaan. Paulo Freire berpendapat
bahwa ketidakberdayaan adalah bentuk terkuat dari penindasan karena akan
membenarkan seseorang untuk menindas kelompoknya sendiri dan kelompok lain.
Ketidakberdayaan dapat juga mengakibatkan seseorang merasa tidak tertindas atau
terhegemoni oleh penguasa.
4. Dominasi Budaya
Dapat
dikatakan sebagai akibat dari ketidakberdayaan. Dominasi budaya merupakan suatu
keadaan dimana kelompok tertindas percaya bahwa mereka secara natural adalah
inferior dan merupakan hal yang normal. Mereka tidak tahu bahwa mereka punya
suara dan hak sehingga akhirnya tunduk pada ekspresi budaya, pendidikan,
sejarah, dan pengalaman yang dibentuk oleh kelompok superior. Bahkan
membicarakan ketertindasan pun merupakan suatu hal yang aneh ketika sudah ada
dominasi budaya ini. Internalisasi menjadi kelompok inferior muncul karena ada
indoktrinasi dan juga hegemoni.
5. Kekerasan
Bentuk
paling jelas dari penindasan, seperti pemerkosaan, penggusuran paksa,
pembunuhan diluar proses peradilan oleh Negara, persekusi, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk penindasan di atas
seringkali tidak berlangsung sendiri, seringkali tumpang tindih atau beririsan
satu sama lain. Penindasan tersebut sering dilakukan dengan berbagai latar
belakang, misalnya racism, classism, homophobia,
sexism, heterosexism, xenophobia, lookism, sizesm, ageis, colonialism,
dan lain-lain.[7] Latar belakang tersebut seringkali juga bukan menjadi faktor
yang murni, karena keuntungan dan kekuasaanlah yang sering menjadi faktor utama
dalam penindasan.
2.3 Macam – Macam Penindasan
1.
Penindasan Secara Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis penindasan yang
paling tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan
lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga
insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis penindasan secara fisik
adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,
mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan,
serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas.
Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan
ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius. Anak
yang secara teratur memainkan peran ini biasanya merupakan penindas yang paling
bermasalah diantara para penindas lainnya, dan yang paling cenderung beralih
pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih serius.
2.
Penindasan Secara Verbal
Kata-kata adalah alat yang kuat dan dapat
mematahkan semangat seorang anak yang menerimanya. Kekerasan verbal adalah
bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun
anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan
orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat
diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar-bingar yang terdengar oleh
pengawas dan diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan
tidak simpatik di antara teman sebaya.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama,
celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual.
3.
Penindasan Secara Relasional
Penindasan relasional adalah pelemahan harga
diri korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran,
adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak
mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional
dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara
sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup
sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
4.
Penindasan Secara Elektronik
Pelakunya menggunakan sarana elektronik dan
fasilitas internet seperti komputer, handphone, kamera, dan website atau situs
pertemanan jejaring sosial diantaranya, chatting room, e-mail, facebook,
twitter dan sebagainya. Hal tersebut ditunjukkan untuk meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi, gambar, video atau film yan sifatnya
mengintimidasi, menyakiti dan menyudutkan.
2.4 Penyebab Timbulnya Penindasan
Dalam banyak kasus,
tahun-tahun perkembangan si penindas dirusak oleh contoh buruk orang tua atau
sama sekali diabaikan orang tua. Banyak penindas berasal dari rumah tangga yang
orang tuanya dingin, atau masa bodoh, atau, pada dasarnya, mengajar anak-anak
mereka untuk menggunakan amarah dan kekerasan guna mengatasi problem. Anak-anak
yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu mungkin tidak menganggap serangan
verbal atau agresi fisik mereka sebagai penindasan; mereka mungkin malah
mengira bahwa perilaku mereka normal dan berterima.
Seorang gadis berusia 16
tahun yang telah ditindas di rumah oleh ayah tirinya dan di sekolah oleh sesama
siswa mengatakan bahwa dia menjadi seorang penindas sewaktu di SMP
kelas 1. Ia mengakui, ”Pada dasarnya, ada begitu banyak rasa marah yang
tertimbun dalam diri saya; saya menindas setiap orang dan siapa saja. Perasaan
sakit memiliki dampak yang besar. Sekali Anda merasakan sakit itu, Anda ingin
melampiaskannya kepada orang lain.” Meskipun agresi fisik mungkin bukan
ciri khas gadis penganiaya, tetapi kemarahan di balik tindakannya tetap
merupakan ciri khasnya.
Banyak sekolah memiliki
sejumlah besar siswa dari berbagai latar belakang, yang telah dibesarkan dengan
cara yang sangat bervariasi. Sungguh menyedihkan, beberapa anak bersikap
agresif karena mereka telah diajar di rumah bahwa mengintimidasi dan mengumpat
orang lain adalah cara terbaik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sayangnya, metode semacam
itu sering kali berhasil. Shelley Hymel, anggota dekan pendidikan di University
of British Columbia, Kanada, telah meneliti perilaku anak selama dua dekade. Ia
mengatakan, ”Ada anak-anak yang mencari tahu cara mendapatkan apa yang mereka
inginkan dan sayangnya, penindasan ternyata efektif. Mereka mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Mereka mendapat kekuasaan, status, dan perhatian.”
Faktor lain yang turut
menyebarluaskan penindasan ialah kurangnya pengawasan. Banyak korban merasa
bahwa mereka tidak punya tempat untuk meminta pertolongan dan tragisnya, dalam kebanyakan kasus, begitulah keadaannya.
Debra Pepler, direktur Pusat Riset LaMarsh atas Kekerasan dan Penuntasan
Konflik di York University, Toronto, meneliti para siswa dalam suasana halaman
sekolah dan mendapati bahwa hanya sekitar 4 persen insiden penindasan yang
dideteksi dan dihentikan para guru.
Namun, Dr. Pepler
yakin bahwa intervensi adalah tindakan yang krusial. Ia mengatakan, ”Anak-anak
tidak sanggup mengatasi problem karena ini adalah soal kekuasaan, dan setiap
kali seorang penindas mengganggu seseorang, kekuasaan si penindas pun
bertambah.”
Kalau begitu, mengapa
tidak terlalu banyak kasus penindasan yang dilaporkan? Karena para korban
penindasan yakin bahwa jika mereka melaporkannya, problem itu hanya akan
memburuk. Oleh karena itu, hingga taraf tertentu, banyak kaum muda menghabiskan
masa sekolah mereka dalam keadaan yang selalu resah dan tidak aman.
2.5 Dampak Penindasan
Sebuah laporan dari
Asosiasi Nasional Psikolog Sekolah di Amerika Serikat mengatakan bahwa setiap
hari lebih dari 160.000 anak bolos sekolah karena mereka takut ditindas. Para
korban penindasan mungkin tidak lagi membicarakan sekolah atau mata pelajaran
atau kegiatan tertentu di sekolah. Mereka mungkin mencoba pergi terlambat ke
sekolah setiap hari atau bolos mata pelajaran atau bahkan membuat dalih untuk
bolos sekolah sama sekali.
Bagaimana anak-anak yang
sedang ditindas dapat diidentifikasi? Nah, mereka mungkin menjadi murung, lekas
marah, frustrasi, atau bertingkah lesu dan tertutup. Mereka dapat menjadi
agresif dengan orang-orang di rumah atau dengan teman sebaya dan sahabat. Orang
tidak bersalah yang menyaksikan aksi penindasan juga menderita konsekuensinya.
Situasi itu menyebabkan rasa takut yang cukup besar dalam diri mereka, sehingga
mengurangi kesanggupan mereka untuk belajar.
Akan tetapi, jurnal Pediatrics in Review mengatakan, ”Konsekuensi
paling ekstrem dari penindasan bagi para korban dan masyarakat ialah tindak
kekerasan, termasuk bunuh diri dan pembunuhan. Rasa tidak berdaya yang dialami
anak-anak yang menjadi korban dapat teramat dalam sehingga beberapa anak
bereaksi dengan tindakan yang merusak diri atau pembalasan dendam yang
memautkan.”
Dr. Ed Adlaf,
seorang ilmuwan peneliti sains dan profesor kesehatan umum di University of
Toronto, menyatakan kerisauan bahwa ”orang-orang yang terlibat dalam penindasan
lebih besar kemungkinan mengalami kesulitan emosi sekarang dan di masa depan”.
Selama tahun ajaran 2001, lebih dari 225.000 siswa di Ontario disurvei, dan
antara seperempat dan sepertiga dari mereka terlibat dalam suatu bentuk
penindasan, entah sebagai sasaran entah sebagai pelaku. Dalam kelompok yang
sama, 1 dari 10 orang telah dengan serius memikirkan untuk bunuh diri.
Penindasan yang
terus-menerus dapat mengikis kepercayaan diri seorang korban, menyebabkan
problem kesehatan yang serius, dan bahkan merusak karier. Para korban penindasan
dapat mengalami sakit kepala, tidak bisa tidur, khawatir, dan depresi. Ada yang
mengalami gangguan stres pascatrauma. Meskipun serangan fisik dapat membuat
sang korban dilimpahi dukungan yang simpatik, serangan emosi mungkin tidak
membangkitkan respons yang sama. Kerusakannya sangat tidak kelihatan. Jadi,
bukannya bersimpati, teman-teman dan keluarga mungkin bosan mendengar keluhan
sang korban.
Penindasan juga berdampak
buruk atas para penindas itu sendiri. Jika tidak dihentikan semasa kecil, kemungkinan
besar sewaktu dewasa, mereka menindas orang lain di tempat kerja. Malah,
beberapa penelitian menyingkapkan bahwa orang-orang yang pernah menjadi
penindas semasa anak-anak mengembangkan pola perilaku yang bertahan hingga
dewasa. Mereka juga lebih besar kemungkinannya memiliki catatan kriminal
daripada orang-orang yang bukan penindas.
2.6 Cara Menghindari Penindasan
Metode
1 dari 3, Mengembangkan Mekanisme Pertahanan:
1. Tunjukkan
reaksi minimal pada penindasan mereka
Jangan
menunjukkan pada para penindas bahwa anda merasa sakit dan mereka sukses
mempengaruhi anda, tinggalkan saja mereka. Penindas akan merasa puas dengan
membuat orang merasa menderita atau tidak nyaman, jadi bereaksi pada mereka
hanya akan meningkatkan semangat mereka. Para penindas ingin perhatian dan jika
anda menunjukkan pada mereka bahwa mereka melukai perasaan anda, mereka akan
semakin senang melakukannya.
Tetapi tergantung sifat sang penindas, teknik
ini bisa berbalik pada anda, jadi bacalah situasi dengan teliti. Beberapa penindas
akan merasa aman menindas anda (karena mereka menikmatinya) jika mereka melihat
anda tidak terpengaruh aksi mereka.
Anda tidak bisa berbicara secara
rasional dengan orang yang tidak rasional. Melangkahlah dengan harga diri dan
ucapkan bahwa anda memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan dengan waktu
anda. Jika penindasan berlanjut, bela diri anda. Tak peduli apakah penindasan
tersebut berlanjut atau tidak, pastikan anda membela orang yang tertindas.
2. Rasakan kekuatan dalam diri
anda
Setiap orang memiliki kekuatan dalam
diri mereka untuk bertahan; masalahnya, para penindas mencoba membuat anda
percaya bahwa anda tidak memiliki kekuatan dan tidak berharga sebagai manusia.
Hal tersebut tidak benar, waspadalah dengan usaha mereka untuk mengecilkan anda
dan membuat anda merasa lemah.
Terkadang kita berpikir bahwa mereka
bisa mengambil semua yang kita miliki sebagai manusia dari diri kita.
Percayalah bahwa anda lebih kuat dari mereka, karena jauh di lubuk hati, anda
lebih kuat dari mereka.
3. Hindari para penindas dalam
situasi sekolah dan sosial
Jika mereka melewati arah yang sama
dengan anda, cobalah melewati arah yang berbeda, jika mereka tidak bisa
menemukan anda, mereka tidak bisa menindas anda. Cobalah menghindari mereka
sebisa mungkin, namun jangan tunjukkan bahwa anda menghindari mereka. Jika
mereka mengetahui anda menghindari mereka, mereka akan melihat hal tersebut
sebagai sukses atau ketakutan, dan mereka akan lebih menindas anda.
Selalu berjalan bersama teman, anda
akan merasa aman jika bersama. Kebanyakan penindas akan merasa takut jika
mereka tidak bersama teman mereka. Mereka tidak ingin terkena masalah, dan jika
teman anda berada di sekitar anda, mereka mungkin terkena masalah.
4. Jangan
bercanda untuk membuktikan bahwa para penindas tidak akan menyakiti perasaan
anda
Hal tersebut hanya
akan menyenangkan sang penindas, dan mereka akan menambah penghinaan untuk
menurunkan kepercayaan diri anda. Anda akan jatuh ke lubang yang sama dan tetap
menjadi sasaran mereka.
Penindasan bukan suatu hal yang lucu,
dan menyetujui penindasan, baik yang terjadi pada anda maupun orang lain, hanya
akan meningkatkan masalah. Lelucon tidak cocok dikeluarkan dalam situasi ini,
meskipun rasanya hal tersebut meringankan tekanan anda. Melucu hanya akan memanas-manasi
situasi.
5. Kembalikan hinaan pada sang
penindas
Jika anda melakukannya di depan umum,
hal tersebut bisa membuat teman atau korban yang berada di sekitarnya
menertawakan sang penindas. Mereka akan merasa tidak nyaman, karena mereka
tidak memiliki kuasa lagi atas anda. Ingatlah untuk tidak memperhatikan
penindas, karena mereka akan menindas orang secara emosional.
Hindari menghina sang penindas jika
mereka pernah menindas anda secara fisik, karena hal tersebut akan menyebabkan
konflik yang tidak bisa anda menangkan. Alih-alih memperburuk situasi,
menjauhlah. Laporkan penindasan pada pihak berwenang jika anda merasa terancam.
Akali sang penindas. Karena para penindas biasanya kurang
cerdas, anda bisa melakukan hal ini. Gunakan ide berikut:
a.
Tertawalah pada apapun yang mereka katakan, dan semakin
parah hinaan mereka, semakin keras pula anda harus tertawa. Tawa anda adalah
hal yang tidak ingin dilihat para penindas, mereka ingin melihat tangis anda.
b.
Teriakkan sekeras mungkin kata-kata dari benak anda ke
hadapan mereka. Anda hanya disarankan untuk mencoba hal ini jika mereka
menghalangi kaki anda atau melakukan hal tanpa kata yang umumnya mengganggu.
Kutiplah kata-kata dari berbagai sumber, seperti bait pertama Jabberwocky, lagu
yang sudah banyak dilupakan orang, atau kata-kata buatan anda sendiri seacak
mungkin. Para penindas akan heran bahwa anda bisa membuat tawa atau setidaknya
kabur.
Metode 2 dari 3: Membangun Kekuatan Diri:
1. Ikuti kursus bela diri
Kursus ini akan meningkatkan
kepercayaan diri anda, melatih fisik anda, dan memungkinkan anda untuk memiliki
kemampuan menyerang dan bertahan. Para penindas memilih korban yang dianggap
lebih lemah dari mereka, jadi mengembangkan aura petarung bisa membantu
menjauhkan mereka dari anda. Kemampuan bela diri juga akan membantu anda
belajar untuk tidak terlihat lemah.
Anda tidak perlu terlihat seperti
petarung, anda cukup menjadi orang dengan aura tahan banting. Lebih baik
bersiap untuk menyerang dan tidak melakukannya dari pada merintih karena tidak bisa
membela diri.
2. Jadilah
pintar dan waspadalah pada lingkungan anda
Pelajari lingkungan
anda untuk menemukan jalur pelarian, daerah konflik, daerah aman, dan batas
wilayah. Pelajari pola sang penindas, termasuk hubungan yang mungkin terjadi,
karena para penindas biasanya memiliki anak buah. Mengenali lawan dan
lingkungannya akan membantu anda saat menghindar dan konfrontasi langsung.
Berjalanlah dengan percaya diri.
Berjalanlah dengan kepercayaan diri yang tinggi dan aura tangguh. Berjalanlah
dengan kepala yang melihat ke arah anda berjalan dan gunakan penglihatan anda
untuk mengenai orang-orang sekitar anda. Meskipun anda merasa tidak nyaman,
gunakan kepercayaan diri anda, karena orang lain pun melakukan hal yang sama.
3. Pelajari beberapa gerakan unuk
membela diri
Hal ini sangat penting jika anda
terpaksa berkelahi. Anda tidak perlu memiliki sabuk hitam, anda hanya perlu
beberapa gerakan pembelaan diri. Berlatihlah sekuat tenaga dan tanpa keraguan.
Jangan tergiur untuk balik menindas mereka. Anda tidak ingin
jatuh ke lubang yang sama seperti para penindas. Meskipun anda harus mengetahui
mengapa mereka menindas anda dan menemukan celah pada argumen mereka, jangan
pernah melakukan hal yang sama dengan mereka. Hal itu hanya akan memberikan
kekuasaan pada mereka dan anda pun akan berubah menjadi seburuk mereka.
Kemudian, jika anda melakukan hal yang
sama, anda juga akan terlibat masalah yang sama banyaknya dengan yang mereka
alami. Jika terjadi hal di luar dugaan dan otoritas terkait mengetahui hal ini,
tidak akan ada yang tahu siapa penindas sebenarnya.
Metode 3 dari 3: Mencegah Penindasan:
1. Kenali jenis-jenis penindas
yang dihadapi oleh anda atau orang lain
Penindasan bisa terjadi dalam berbagai
bentuk. Beberapa orang menindas secara fisik, verbal, atau permainan mental
serta emosional. Banyak penindas menggunakan seluruh kombinasi tersebut. Apapun
jenis penindas yang anda hadapi, anda harus memahami pendekatan yang mereka
lakukan.
Apakah penindas tersebut menindas anda
secara fisik? Penindas agresif suka menendang, memukul, dan menjambak tanpa
ragu. Mereka kemudian akan memulai perkelahian fisik dan menyalahkan anda atau
menyatakan bahwa anda memulainya.
Apakah penindas tersebut suka menghina
anda atau menyinggung anda secara verbal? Penindas jenis ini menyiksa anda
secara verbal dengan memberi anda julukan, menghina, dll.
Apakah penindas tersebut berpura-pura
menjadi teman anda untuk kemudian menghina anda di hadapan orang lain tanpa
peringatan? Hal tersebut adalah jenis penindasan emosional. Jenis penindasan
emosional lainnya termasuk ancaman untuk menyakiti atau merusak hal/orang yang
anda sayangi, melakukan sesuatu yang menyebabkan anda dihina (seperti memasang
tempelan di punggung anda) atau memfitnah supaya orang-orang membenci anda.
Penindas secara tidak langsung yang suka menusuk dari belakang biasanya
menyebar rumor, mengasingkan orang, dan menghina korbannya dalam setiap
kesempatan.
2. Pahami bahwa penindasan di
dunia maya sama parahnya dengan penindasan di dunia nyata
Penindas di dunia maya menindas
korbannya melalui pesan instan, email, dan alat komunikasi daring lain. Cara
terbaik untuk mengatasi penindas dunia maya adalah dengan mengabaikan pesannya
dan tidak membaca apapun yang mereka katakan. Jangan lupa untuk memblokir sang
penindas.
Jika hal tersebut terjadi pada anda,
ingatlah bahwa hal tersebut sama parahnya dengan penindasan dunia nyata.
Laporkan seluruh penindasan pada pihak berwenang. Pertimbangkan
untuk memberitahunya pada orang tua, konselor di sekolah, kepala sekolah, bos,
polisi, atau siapapun yang bisa mengatasi atau menghukum si penindas dan
melindungi keamanan anda. Sangatlah penting untuk berbicara mengenai masalah
anda agar masalahnya berakhir. Anda sudah cukup berani untuk maju ke depan dan
mengatasinya.
Jangan khawatir soal balas dendam yang
akan dilakukan sang penindas jika anda melaporkan mereka. Mereka akan tetap
menindas anda meskipun anda tidak melaporkan mereka dan memuaskan kehendak
mereka tidak akan menyelesaikan masalah anda atau orang lain yang mereka
tindas. Anda juga bisa memberitahu sahabat anda, sahabat anda akan membela
anda, dan anda pun akan membela sahabat anda pada waktunya.
Jika ada survei tentang penindasan di
sekolah anda, jangan lupa untuk menulis nama anda. Jangan malu untuk menulisnya.
Anda mungkin akan diminta berdiskusi dengan orang yang lebih berpengalaman dan
hal tersebut biasanya sangat menolong. Anda mungkin merasa lebih kecil, namun
anda sebenarnya lebih kuat dari sang penindas.
Bantulah orang lain menghadapi situasi mereka. Penindas adalah
orang-orang yang mencoba membuat diri mereka terlihat lebih baik. Mereka hanya
perlu perhatian, dan mungkin mereka belajar menindas dari rumah atau dari teman
mereka. Tanpa penindasan, mereka tidak punya apa-apa! Karena anda telah mengalami
sakitnya ditindas, anda akan mengetahui bagaimana cara menolong orang lain.
Cara termudah untuk membuat orang lain
merasa lebih nyaman setelah ditindas adahal dengan mengubah pola pikir mereka
soal penindasan. Tekankan pada mereka bahwa para penindas itu adalah
orang-orang yang tidak bahagia, frustasi, dan mencoba mengontrol emosi mereka
agar mereka bisa merasa lebih baik. Menyedihkan, bukan?
Jika seseorang datang pada anda dan
mereka menghadapi situasi yang sama dengan anda, datanglah dengan mereka untuk melaporkan
masalah mereka. Mereka akan tertolong dengan dukungan moral yang anda berikan.
Jika mereka tidak memiliki kekuatan, mereka bisa menyerap kekuatan anda.
Sebarkan informasi tentang penindasan. Penindasan
adalah masalah besar, dan bukan masalah yang bisa diabaikan begitu saja.
Jadikan masalah anda sebagai contoh dan bicaralah soal masalah anda. Mintalah
sekolah anda untuk mengadakan seminar tentang penindasan. Buatlah semua orang
menyadari bahwa penindasan terjadi setiap hari. Masalah ini baru bisa selesai
jika orang-orang melihatnya.
Anda mungkin berpikir bahwa anda
sendirian atau anda tidak mengenal orang lain yang memiliki masalah yang sama,
namun hal itu mungkin karena anda terlalu malu untuk bicara. Jika anda mulai
bicara, anda mungkin kaget dengan banyaknya orang yang mendukung anda.
Tips
Jangan
mendengarkan perkataan penindas. Jangan biarkan kata-kata mereka menghentikan
anda mencapai tujuan anda. Tunjukkan kepercayaan diri anda pada mereka untuk
membuktikan bahwa perkataan mereka tidak ada apa-apanya.
Abaikan
mereka dan menjauhlah, hal itu adalah opsi terbaik anda. Mereka hanya ingin
perhatian.
Beberapa
penindas mungkin cemburu pada anda. Mereka menindas anda hanya karena anda
memiliki bakat yang tidak mereka miliki, jadi berbanggalah akan apa yang anda
lakukan. Menghina orang itu tidak menyenangkan. Sebenarnya, di lubuk hati
mereka, mereka tidak berani melakukan hal yang bisa anda lakukan.
Apapun
yang anda lakukan, jangan melawan penindas kecuali anda dalam bahaya besar atau
dicederai.
Beritahu
seseorang begitu anda merasa terancam. Jika anda membaca cerita mengerikan
tentang orang yang ditindas selama delapan tahun, masalah utama mereka adalah
komunikasi.
Ingatlah
bahwa penindas tidak akan menyakiti anda. Mereka hanya ingin membuktikan bahwa
mereka berkuasa, meskipun kenyataannya sebaliknya; mereka adalah pengecut.
Orang-orang hebat menunjukkan kuasa mereka dengan cara lain, bukan dengan
menghina orang yang lebih lemah dari mereka. Tunjukkan bahwa anda tidak takut
pada mereka.
Belakangan
ini, sekolah bukanlah solusi yang efektif untuk penindasan. Anda perlu memberi
bukti, dan banyak orang tidak bisa memberi bukti penindasan emosional. Ingatlah
juga bahwa sang penindas bisa berbohong dan menggunakan saksi palsu. Beritahu
orangtua anda terlebih dahulu sebelum melaporkannya ke sekolah.
Pikirkan
hal apa saja yang mungkin menjadi penyebab sang penindas merasa tidak nyaman -
mungkin mereka sakit, memiliki sedikit teman, memiliki ketakutan, atau sebab
lain. Kemudian pikirkan juga bagaimana keadaan anda pada aspek tersebut --
mungkin mereka merasa iri karena anda lebih unggul dari mereka. Gunakan hasil
pemikiran tersebut untuk membantu meredakan situasi dengan menghindari
topik-topik tersebut saat anda berada di dekat mereka, dan saat anda merasa
sedih, ingatlah hal-hal apa yang anda lakukan dengan lebih baik.
Tetaplah
tenang sepajang waktu, karena hal tersebut akan membingungkan para penindas
yang ingin melihat reaksi negatif anda.
Jika
sekolah anda tidak merespon laporan penindasan anda, cobalah meminta orangtua
anda memindahkan anda ke sekolah swasta yang akan mengeluarkan penindas.
Jika
penindas tersebut menindas anda lewat dunia maya, tangkaplah layar saat mereka
menindas anda agar anda memiliki bukti bahwa mereka menindas anda, laporkan
mereka, blokir mereka, dan kumpulkan keberanian untuk memberitahu orang lain
bahwa ada penindas yang ingin menindas anda di dunia maya.
Jika
penindas tersebut hanya mengatakan hal-hal buruk tentang anda, abaikan mereka.
Anda mengetahui apa yang anda inginkan dalam kehidupan anda dan anda mungkin
tidak akan bertemu mereka kembali saat anda menjadi dewasa.
Ingatlah
untuk bersikap baik pada mereka atau membuat mereka frustasi hingga mereka
berhenti.
Peringatan
Sekali
lagi, abaikan apa yang mereka katakan. Jangan mau tertipu oleh mereka. Jika
mereka mencoba bersikap baik dan mereka terlihat tulus, berikan mereka
kesempatan kedua. Jika sikap baik itu terlihat palsu, abaikan saja.
Jika
penindas anda adalah orang dewasa, hal tersebut adalah penyiksaan. Bicarakan
dengan seseorang segera.
Banyak
anak diajari bahwa penindas tidak akan melakukan kekerasan jika mereka hanya
menghina anda. Hal tersebut tidak selamanya benar, karena penindasan bisa terus
meningkat bentuknya. Berhati-hatilah jika berada di sekitar penindas, jangan
lupa untuk berada di tempat umum atau bersama orang lain (terutama pihak
berwajib) saat penindas tersebut akan menindas anda.
Selalu
beritahu pihak berwajib (polisi, guru, atau orangtua) dan jangan berhenti
sebelum anda didengar. Mengabaikan penindas bisa jadi merupakan cara untuk
menangkalnya, namun berbicara lebih baik.
2.7 Cara Melawan Penindasan
Untuk
memperjuangkan nasib kaum tertindas, Mansour Fakih mengembangkan “Teologi Kaum
Tertindas”. Teologi ini dimaksudkan agar kaum tertindas dapat berdiri sendiri,
otonom dan mampu menentukan nasibnya sendiri, baik dalam bidang sosial,
ekonomi, politik maupun budaya. Melalui teologi kaum tertindas, ada tiga
prinsip yang dijadikan sebagai dasar pijakan oleh Mansour Fakih: Pertama,
doktrin tauhid. Kedua, doktrin keadilan sosial. Ketiga, doktrin pembebasan.
Untuk mendukung proses transformasi, yakni penciptaan hubungan yang secara
mendasar baru dan lebih adil, baik dalam bidang ekonomi, politik,
sosial-budaya, maupun gender, ada tiga langkah yang harus dilakukan: Pertama,
membangun kesadaran kritis kaum tertindas. Kedua, melakukan advokasi kebijakan
publik. Ketiga, membangun gerakan kontra-hegemonik di kalangan tertindas.
1. Advokasi
Kebijakan Publik
Salah satu cara untuk membantu kaum
yang tertindas adalah dengan melakukan advokasi. Advokasi merupakan suatu usaha
sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental). Dengan kata lain, advokasi memang bukan
revolusi, tetapi lebih merupakan suatu usaha perubahan sosial melalui semua
saluran dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi
yang terdapat dalam sistem yang berlaku.[9] Advokasi dapat dilakukan dengan
mengajukan konsep tanding (legal drafting, counter draft,
judicial review, dll), lakukan pembelaan (class
action, legal standing, citizen law suit, dll), mempengaruhi pembuat
dan pelaksana kebijakan (lobbi, negosiasi, mediasi, kolaborasi, dll), pengaruhi
pendapat umum (kampanye, siaran/pernyataan, jajak pendapat, selebaran, dll),
dan lancarkan tekanan (unjuk rasa, mogok/boikot, pembangkangan sosial, dan aksi
massa lainnya).
Pemberdayaan
2. Tanpa pemberdayaan
Advokasi
dapat berakibat merugikan orang-orang yang seharusnya dibela. Selain itu
advokasi tanpa pemberdayaan hanya akan menimbulkan elit-elit yang akan
dikultuskan dan berpotensi menjadi penindas pula. Kelompok tertindas haruslah
diberdayakan dan diberikan kesadaran sehingga, menurut Freire, mereka mampu
mengungkap kebutuhan mereka sendiri dan mengembangkan strategi-strategi tindak
mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Oxford
Dictionary, pemberdayaan adalah memberikan (seseorang) kewenangan
atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu atau membuat (seseorang) lebih kuat dan
lebih percaya diri, terutama dalam mengendalikan hidup mereka dan mengklaim
hak-hak mereka. Pemberdayaan haruslah mengarah kepada advokasi untuk perubahan
yang berasal dari dan oleh kelompok tertindas itu sendiri.
Bicara pemberdayaan adalah bicara power, kesempatan, otonomi, dan demokratisasi.
Menjadi pertanyaan besar, apakah setiap orang yang ingin membantu kelompok
tertindas ingin juga melakukan pemberdayaan terhadap kelompok tertindas
tersebut? Apakah mereka rela memberikan power kepada
kelompok tertindas tersebut kemudian menjadi tidak begitu berperan lagi? Jika
mereka pengacara, apakah mereka rela masyarakat menjadi mandiri untuk
memperjuangkan kasusnya? Aktivis, pengacara, ataupun pendamping masyarakat
seringkali terhanyut dalam panggung besar menjadi pahlawan kelompok tertindas
dan menempatkan kelompok tertindas tersebut sebagai pemeran pembantu atau
sebagai kru panggung saja.
3. Pemberdayaan
Hukum
Salah
satu bentuk pemberdayaan untuk kelompok tertindas adalah pemberdayaan hukum.
Pemberdayaan Hukum adalah menguatkan kapasitas semua orang untuk memperjuangkan
haknya, baik secara individu, maupun sebagai anggota dari komunitas/masyarakat.
Pemberdayaan hukum adalah mengenai keadilan akar rumput (grassroot justice),
hukum tidak hanya tertulis di buku atau berada di ruangan sidang, melainkan
dapat diakses dan berarti untuk masyarakat biasa.
Dalam
bantuan hukum struktural, pemberdayaan hukum merupakan suatu unsur penting yang
tidak boleh ditinggalkan. Pemberdayaan hukum bahkan lebih penting dari sekedar
gugat menggugat ataupun memenangkan suatu perkara di pengadilan. Pemberdayaan
hukum harus mampu membuat kelompok tertindas menjadi mandiri untuk melakukan
advokasi perubahan dan mendapatkan keadilan struktural. Karenanya pemberdayaan
hukum seringkali melampaui ilmu hukum sendiri, menembus ilmu sosial, ekonomi,
politik, dan ilmu lainnya.
Dalam
pemberdayaan hukum, pengacara seringkali rancu perannya karena mirip dengan
peran aktivis yang turun ke akar rumput. Pengacara tidak hanya melakukan
kegiatan persidangan, tetapi juga melakukan pemberdayaan kepada kelompok
tertindas dan bahkan hidup bersama mereka. Siapapun dapat berperan dalam
pemberdayaan hukum; pengacara, aktivis, paralegal, buruh, petani, tokoh
masyarakat, anak, perempuan, mahasiswa, pelajar, ustadz, pedagang, ibu rumah
tangga, supir, pekerja rumah tangga, anak jalanan, pekerja seks komersil,
pekerja seni, dan lain-lain.
Adapun bentuk
pemberdayaan hukum antara lain:
a) Street law, yaitu suatu pendekatan
untuk mengajarkan praktek hukum ke komunitas akar rumput menggunakan metodologi
interaktif. Materi yang diajarkan antara lain kesadaran mengenai hak asasi
manusia, hak sipil, prinsip demokrasi, resolusi konflik, hukum pidana, hukum
perdata, perburuhan, hukum keluarga, narkotika, hingga hukum konsumen. Street
law ini pada awalnya berkembang di Washington DC untuk memberikan pemahaman
hukum kepada murid SMA, kemudian berkembang ke berbagai belahan dunia. Di
Polandia, street law bahkan menjadi mata kuliah fakultas hukum yang mendapatkan
SKS.
b) Clinical legal education, yaitu suatu metode pengajaran hukum
dimana mahasiswa hukum mempelajari dan mempraktekkan hukum untuk membela
kepentingan publik melalui klien yang meminta bantuan fakultas hukum untuk
mengadvokasi kasusnya. Clinical legal education ini berbeda dengan Lembaga Konsultasi
Bantuan Hukum (LKBH) yang berada di setiap fakultas hukum, karena mahasiswa
diberi kredit atau SKS dalam keterlibatannya. Subjek pemberdayaan dalam clinical legal education ini bukanlah masyarakat,
melainkan mahasiswa hukum yang diharapkan memiliki kesadaran untuk membantu
masyarakat tertindas, dan dalam sebagian clinic juga dituntut untuk
memberdayakan masyarakat.
c) Pendidikan kritis, yaitu pendidikan
tematik dan terencana untuk menimbulkan kesadaran kepada masyarakat mengenai
hak-haknya. Misalnya pendidikan hak asasi manusia, pendidikan politik,
pendidikan advokasi, pendidikan hak ekosob, sipol, dan lain-lain.
d) Ghost lawyer, yaitu metode pembelaan sekaligus
pemberdayaan kepada masyarakat tertindas dimana masyarakat tersebutlah yang
menjadi pengacara bagi dirinya sendiri. Sedangkan pengacara/advokat, hanya
membantu di balik layar melalui pendidikan, membuatkan dokumen, dan memberikan
dukungan. Contoh keberhasilan ghost lawyer di
LBH Jakarta adalah advokasi kasus penggusuran warga Budhidarma, dimana 75
Kepala Keluarga yang tidak memiliki latar belakang hukum memenangkan class action melawan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Pengacara LBH Jakarta tidak berperan sebagai pengacara di pengadilan,
melainkan hanya memberikan pendidikan setiap minggunya dan membantu membuatkan
berkas.
e) Magang, yaitu pemberdayaan dengan cara
menempatkan perwakilan kelompok tertindas di sebuah lembaga bantuan hukum untuk
dapat mempelajari cara-cara melakukan pembelaan.
f) Paralegal. Paralegal merupakan
seseorang yang bukan merupakan sarjana hukum, namun mendapatkan pendidikan
dasar dan pendidikan keahlian praktek hukum sehingga mampu mandiri dalam
penanganan kasusnya sendiri maupun kasus di komunitasnya. LBH Jakarta
menerapkan paralegal berbasiskan komunitas, dimana paralegal mendapatkan
pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan, serta memiliki kode etik dan SOP dalam
menjalankan tugasnya untuk menjadi pembela di komunitas.
g) Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing). Pengorganisasian masyarakat
adalah suatu proses menyeluruh, membentuk dan menjalankan organisasi/komunitas
yang terdiri dari massa rakyat yang mempunyai kepentingan untuk merubah
ketimpangan sosial, ketidakadilan sekaligus membangun tatanan yang lebih adil.
Menurut Saul Alinsky, pengorganisasian masyarakat menciptakan lembaga yang kuat
dan membentuk kepemimpinan lokal. Jika tidak, pengorganisasian masyarakat akan
memberikan masyarakat kekuatan kolektif yang diperlukan untuk melawan
penindasan. Kelompok masyarakat tersebut mengubah relasi kuasa dengan
meningkatkan jumlah anggota, mendidik pemimpin-pemimpin, menambah reputasi,
menggalang dana, dan menunjukkan kapasitasnya untuk mendapatkan banyak dukungan
untuk aksi publik. Bagi kelompok anarkis yang tidak mempercayai struktur yang
menindas, pemberdayaan menciptakan struktur yang setara, perjuangan yang
demokratis dan otonom.
Selain
pemberdayaan hukum tersebut, tentunya terdapat bentuk pemberdayaan lain, namun
perlu ditekankan bahwa setiap pemberdayaan haruslah berujung pada pemberian
kekuatan dan kemandirian untuk melawan penindasan. Pemberdayaan tidak boleh
menutup mata bahwa ada struktur yang timpang dan harus diubah. Kita harus
memiliki keyakinan bahwa masyarakat mampu mandiri dalam memperjuangkan haknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya
adalah penindasan merupakan hal yang sangat buruk yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain yang di anggapnya lebih lemah dari dirinya.
Banyak
berbagai bentuk dan macam penindasan yang ada dan bisa di alami oleh seseorang.
Tetapi
penindasan itu dapat dihindari dan dapat dilawan dengan cara tertentu dan cara
yang benar, agar penindasan itu dapat di kurangi dan di hapuskan.
3.2 Pendapat
Pendapat saya penindasan adalah hal
yang sangat buruk, dan sangat merugikan orang lain. orang yang di rugikan
tersebut sangat merasa menderita, baik itu penindasan secara fisik maupun
mental.
Penindasan
adalah hal yang harus di hapuskan dan di tiadakan agar tidak ada orang – orang
yang merasa senang di atas penderitaan orang lain. Oleh karena itu di buatlah
berbagai cara menghindari dan melawan penindasan.
3.3 Saran
Saran saya adalah agar sesorang yang
mengalami penindasan segera memberitahukan hal tersebut kepada orang – orang
terdekat, bila perlu melaporkan hal tersebut kepada pihak yang berwajib agar
pelaku jera dan tidak melakukan penindasan lagi. Karena penindasan adalah hal
yang sangat buruk dan dapat menyebabkan seseorang menderita.
DAFTAR PUSTAKA