I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan peradaban
manusia dalam hal bangunan kita mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu besar hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan dan
lainnya. Jadi berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur dan Candi
Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat.
Peristiwa tersebut
menunjukkan telah dikenalnya fungsi bahan perekat dan penguat bangunan sejak
zaman dahulu, sebelum mencapai bentuk seperti sekarang. Penguat dan perekat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Bahan ini pertama kali ditemukan di zaman kerajaan Romawi tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Setelah
runtuhnya kerajaan Romawi sekitar tahun 1100-1500 M resep ramuan pozzuolana
sempat menghilang dari peredaran.
Material adalah benda
yang dengan sifat-sifatnya yang dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan
atau produk. Dan sains material adalah cabang ilmu yang meliputi pengembangan
dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan
material dengan sifat-sifat kegunaanya.
1.2 Sejarah Penemuan Material Bahan
bangunan
Beton
pertama kali ditemukan oleh :
a. Aspidin
(1824) penemu Portland Cement.
b. J.L.
Lambot (1850) memperkanalkan konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua
bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama-sama memikul beban).
c. F.
Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap,
pipa dan kubah.
d. Gustav
Wayss, Koenen dan Hennebique (1887) memperkenalkan sengkang sebagai penahan
gaya geser dan penggunaan balok “T” untuk mengurangi beban akibat berat
sendiri.
e. Neuman
melakukan analisis letak garis netral.
f. Considere
menemukan manfaat kait pada ujung tulangan.
g. E.
Freyssinet memperkenalkan dasar-dasar beton pratekan.
II. ISI
2.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran
antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian di
ikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan
air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada
penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara
tepat.
A. Kelebihan
Beton
1. Harganya
relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2. Mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi, dan mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan atau
pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3. Adukan
beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan.
4. Kuat
tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang
berat.
5. Adukan
beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke
dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke
tempat yang posisinya sulit.
6. Biaya
perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.
B. Kekuranga
Beton
1. Beton
memiliki kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu, perlu
diberi baja tulangan atau tulangan kasa (meshes)
2. Adukan
beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk struktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan
dan pengembangan beton.
3. Beton
keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan
suhu.
4. Beton
sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan
air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5. Beton
bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detai secara
seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2.2 Bahan-bahan Penyusun Beton
A. Semen
Semen
adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air larutan garam.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah:
1.
Semen abu (semen portland) adalah bubuk
abu berwarna kebiru-biruan yang dibentuk dari bahan utama batu kapur/ gamping
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan
tinggi. Semen ini digunakan untuk perekat plester. Berdasarkan persentase
kandungan penyusunannya, semen abu terdiri dari 5 tipe, yaitu: tipe I-V.
2.
Semen putih adalah semen yang lebih
murni dari semen abu dan di gunakan untuk pekerjaan penyelesaian. Seperti
sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni.
3.
Semen sumur minyak adalah semen khusus
yang digunakan dalam poses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
4.
Mixed and fly ash cement adalah campuran
semen abu dengan pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan merupakan hasil
sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, alumunium
oksida besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini
digunkan sebagai bahan campuran untuk membuat beton sehingga menjadi lebih
keras.
Semen
yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen ini adalah
bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker (bahan ini terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Proses
pembuatan semen dapat dibedakan menurut:
a.
Proses basah: Semua bahan baku yang ada
dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan
menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang
digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b.
Proses kering: Menggunakan teknik
penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses
ini meliputi 5 tahap pengelolaan yaitu:
1.
Proses pengeringan dan penggilingan
bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
2.
Proses pencampuran (homogenizing raw
meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
3.
Proses pembakaran raw meal untuk
menghasilkan terak (clinker: bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk
pembuatan semen).
4.
Proses pendinginan terak.
5.
Proses penggilingan akhir dimana clinker
dan gypsum digiling dengan cement mill. Dari proses pembuatan semen diatas akan
terjadi penguapan karenapembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat celcius,
sehingga menghasilkan: residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika
yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali,
fosfor dan kapur bebas.
Pada
umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland biasa
(ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan
umum. Jenis semen potland dapat di bagi menurut beberapa segi yaitu: Segi
kebutuhan khusus dan segi penggunaan.
a. Segi
kebutuhan khusus
Sesuai dengan kebutuhan
penggunaanya, ada jenis semen yang memiliki tujuan penggunaan khusus seperti
berikut.
1. Semen
portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement), semen jenis ini
umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi. Dalam
standar semen ASTM , semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
2. Semen
Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat . semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat dari pada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud
sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, air rawa, dan
sebagainya. Dimana kadar sulfat lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen
portland type II A dan type V.
3. Semen
portland panas rendah (Low Heat Cement). Semen jenis ini memiliki kadar C3S
maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7%. Semen ini memiliki derajat pengerasan
yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan dengan semen
lain. penggunaannya biasa dipakai untuk turap penahan gravitasi, bendungan
besar, dan konstruksi beton pejal dimana suhu massa beton naik. Semen ini dalam
standar ASTM termasuk semen Portland type IV.
4. Semen
Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (60-85%)
dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang bersifat
pozzolan (seperti abu vulkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly
ash). Penggunaannya adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat
atau panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, di sebut
semen portland terak dapur tinggi.
5. Masonry
Cement, semen jenis ini adalah semen portland yang dicampurkan dengan bubuk batu
atau batuan kapur sampai kira-kira 50%. Penggunaan semen jenis ini adalah untuk
aduk pasangan.
6. Semen
Portland putih, semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan dasarnya
mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe2O3 pada semen ini dibatasi maksimum
0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua pada semen. Semen ini
mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa. Porses pembuatan semen
in memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal, oleh karena itu harga
semen putih lebih mahal dari pada semen biasa, kira-kira 1-4 kali semen
portland biasa.
b. Segi
Pengunaan
Ditinjau
dari penggunaannya, menurut ASTM (American Society for Testing and Material)
semen portland dapat dibedakan menjadi 5.
1.
Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal
portland cement), yaitu jenis semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi
beton yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan
trotoar, pasangan bata dan sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling
banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
2.
Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen
ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat dari
pada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang
berhubungan dengan rawa, pelabuhan, jembatan besar, bendungan,
bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya.
Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang
memiliki konsentrasi sulfat agak tinggi.
3.
Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal
tinggi (high early strength portland cement). Semen jenis ini memperoleh
kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat di gunakan untuk pembuatan
beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin
(salju).
4.
Jenis IV
Semen portland dengan
panas hidrasi yang rendah (low heat portland cement), jenis ini merupakan jenis
khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi serendah-rendahnya.
Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini
kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan sebagai berikut:
-Konstruksi DAM
-Basement
-Pembetonan pada daerah
bercuaca panas.
5. Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate
resisting portland cement). Jenis ini merupakan jenis khusus yang maksudnya
hanya untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti di
tanah atau air yang kadar alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat
dari pada semen biasa.
B.
Agregat
Agregat
adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah
mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan abrasi
yang berlangsung lama. Agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk
yang lebih besar.
Agregat
halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagi hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran 5mm.
Agregat
kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegritas alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu yang memiliki ukuran butir antara 5-40mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada
teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu:
1.
Ditinjau dari asalnya.
a.
Agregat Alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku hasil
penghancuran alam. Jenis batu alam yang baik untuk agregatadalah batuan beku.
Jenis batu endapanatau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih
perlu dipilih. Batuan yang baik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras
kompak, tidak pipih, kekal(volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca),
serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya. Agregat alam dibedakan atas tiga
kelompok.
1)
Kerikil dan pasir alam agregat, jenis
ini merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya. Sering kali
agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin dan
mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air
berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya
pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam
penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan
butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat
tersebut.
2)
Agregat batu pecah, jenis batu yang baik
untuk agregat ini dalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena
luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan
kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu
pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak dari pada beton dengan menggunakan
pasir atau kerikil alam. Kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih
tinggi, karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik dari
pada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk agregat
beton yaitu:
a)
Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang
komposisi utamanya adlah kalsium karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu
kapur ini semakin cocok untuk pembuatan beton.
b)
Batu api yang meliputi granit, basalt,
dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras ulet dan padat sehingga
merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan batu api yang
menyerupai granit, tetapi struktur butirannya lebih halus karena pendinginan
yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal
yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan
untuk beton menyebabkan retak-retak dan mengganggu penggunaannya. Diketahui
bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan kelembaban.
c)
Sandstone. Sandstone bervariasi mulai
dari yang paling keras dengan komposisi butiran yang berdekatan, sampai yang
lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang berpasir,
dimana adanya tanah liat menyebabkan menjadi lunak, gampang pecah dan daya
serapnya tinggi.
d)
Batu tulis biasanya agregat yang tidak
baik, lunak, lemah, dan berlapis dan daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya
yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.
e)
Batuan metamorfosa, bervariasi dalam
karakternya. Marmer dan quartzites biasanya pejal, padat serta cukup ulet dan
kuat.
b.
Agregat Buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang
dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat
batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat batuan buatan:
1)
Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker
dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan berinti,
serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu
yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih
banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan
mempengaruhi rambatan kelembaban. Makin banyak bahan yang mudah terbakar
semakin besar pula terjadinya rambatan kelembaban. Sumber utama jenis agregat
ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ktel uap dipanasi dengan bahan
bakar padat. Agregat jenis ini bnyak dipergunakan untuk memproduksi blok dan
pelat untuk partisi/ penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
2)
Agregat yang berasal dari bahan-bahan
yang mengembang.
Tanah liat dan batu
tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan untuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan
sampai suhu sekitar 1000 C – 2000 C.
3)
Cooke Breeze
Cooke breeze adalah
hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu bara arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di
negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang,
kadang mencapai 75%. Kandungan arang yang bnyak tadi akan menghambat pengerasan
semen sehingga pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4)
Hydite
Agregat jenis ini
dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal-gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam
dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak.
Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir
leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang
diperlukan.
5)
Lelite
Lelite dibuat dari batu
metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya
dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi kurang lebih 1550 C. Pada suhu ini butiran-butiran akan
mengembang dan terkumpul dibawah(dasar) dapur berupa lempeng-lempengyang
berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah
dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran
tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna
menghambat suara dan panas.
2.
Ditinjau dari berat jenisnya.
Ditinjau dari berat
jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.
a.
Agregat ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari
2,0 dan biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat
digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat
ini adalah memiliki berat yang rendah, sehingga strukturnya ringan dan
pondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun
buatan. Beberapa contoh agregat ringan, yaitu: batu apung, rocklite, lelite,
dan sebagainya.
b.
Agregat normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara
2,5-2,7. Agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat
tekan antara 15 Mpa – 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal.
c.
Agregat berat
Agregat
ini memiliki berat jenis lebih dari 2,8. Contoh agregat berat adalah, magnetik
(Fe2O4), barytes (BaSO4) dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki
berat jenis tinggi (sampai 5,0) yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.
3.
Ditinjau dari bentuknya.
Ditinjau dari
bentuknya, agregat dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a.
Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta
semen untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok
untuk beton bermutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk
bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar dari pada agregat bulat,
yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta
semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
b.
Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Yang termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil
pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu
antara 38-40%. Ikatan antar butirannya baik sehingga membentuk daya lekat yang
baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis
perkerasan jalan.
c.
Pipih
Agregat jenis ini
adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada
butiran itu lebih dari 3. Agregat ini berasal dari batuan-batuan yang berlapis.
d.
Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat
dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar lebih
dari 3.
4.
Ditinjau dari tekstur permukaan
a.
Agregat dengan permukaan seperti gelas,
mengkilat, contoh : flint hitam, obsidian.
b.
Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya
berupa pecahan batuan, permukaan tampak kasar, tampak jelas bentuk kristalnya,
contoh: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
c.
Agregat dengan permukaan licin. Biasa
ditemukan pada batuan yang butiran-butirnya sangat halus, contoh: kerikil
sungai, chart, batu lapis dan sebagainya.
d.
Agregat dengan permukaan berbutir.
Pecahan dari batuan ini menunjukkan adanya butir-butir bulat yang merata,
misalnya batuan pasir, dan colite.
e.
Agregat berpori dan berongga.
C.
Air dan Bahan Campuran
Beton
menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang
dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan
adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia
yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih
dahu;u apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak.
2.3 Sifat-sifat Beton
Untuk
keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan tentang
sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
A.
Kuat Hancur
Beton
dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12000 lb/in2) atau lebih tergantung
pada perbandingan air-semen serta tingakt pemadatannya. Kuat hancur dari beton
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan
tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainya yaitu:
1.
Jenis semen dan kualitasnya,
mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
2.
Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan
agregat. Kenyataan menunjukkan bahwa pengguanaan agregat akan menghasilkan
beton ngan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan kerikil
halus dari sungai.
3.
Effisiensi dari perawatan (curing).
Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum
waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting pada pekerjaan lapangan dan
pembuatan benda uji.
4.
Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan
beton bertambah dengan bertambahnya suhu. Pda titik beku kuat hancur beton akan
teteap rendah untuk waktu yang lama.
5.
Umur, pada keadaan yang normal kekuatan
beton akan bertambah dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung
pada jenis semen.
B.
Durbality (Keawetan)
Merupakan
kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi
korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan
nilai faktor air, semen mkasimum, maupun pematasan dosis semen minimum yang
digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
C.
Kuat Tarik
Kuat
tarik beton berkisar 1/18 kuat desak pada waktu umurnya masih muda, dan
berkisar 1/10 sesudahnya. Biasanya tidak diperhitungkan di dalam perencanaan
beton. Kuat tarik merupakan bagian penting didalam menahan retak-retak akibat
perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan
beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
D.
Modulus Elastisitas
Modulus
elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan
beton, biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
E.
Rangkak (Creep)
Merupakan
salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus menurut
waktu dibawah beban yang dipikul.
F.
Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan
volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
G.
Kelecakan (Workability)
Workability adalah
besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh, yaitu
sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam
pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan finising.
III.
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Beton
atau material perekat (adukan) telah ada dari sejak zaman dahulu, yang terus
mengalami perkembangan yang bermacam-macam hingga saat ini. Beton adalah
campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun betonbeton
tersebut pun memiliki banyak klasifikasi yang berbeda berdasarkan kegunaan,
bentuk dan ukuran yang terdapat dalam uraian pada bagian pembahasan.
Beton
mempunyai beberapa kelebihan seperti, mendukung tegangan tekan, betonmudah
dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dan dapat digunakan pada berbagai struktur
teknik sipil serta mudah dirawat. Beton pun dalam pembuatannya menggunakan
bahan-bahan lokal, oleh karena itu sangat populer untuk dipergunakan.
Beton
juga mempunyai beberpa kekurangan seperti, kuat tarik yang rendah, sulit untuk
kedap air sempurna, dan harus dihitung secara detail dan seksama dalam
penggunaanya.
3.2 PENDAPAT
Menurut
saya, beton merupakan bahan yang sangat penting dalam pembangunan, yang telah
ada sejak lama dan telah berkembang dari waktu ke waktu. Ada berbagai macam
bahan dalam pembuatan beton, dan bahan tersebut juga mempunyai berbagai macam
klasifikasi yang ada. Oleh karena itu, kita harus dapat memilah mana sesuai
dengan yang kita butuhkan, agar bahan yang kita gunakan sesuai.
IV. DAFTAR PUSTAKA
http://tosimasipil.blogspot.co.id/2013/07/teknologi-bahan-konstruksi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar